Pages

Selasa, 01 Januari 2013

OPINI


TAWURAN MEMBUDAYA DI DUNIA PENDIDIKAN
(NANANG NUGRAHA/ 10144300036 A1)




Sebanyak 12 orang siswa dari SMAN 2 Bantul dan SMAN 3 Bantul diamankan oleh Polsek Bantul, Rabu (28/11/2012) pagi. Mereka terlibat bentrok di Dusun Pepe, Trirenggo, Bantul, saat kedua rombongan siswa ini berpapasan mengendari sepeda motor. Menurut keterangan Kapolsek Bantul, Kompol Sudarsono, kedua kubu siswa ini terlibat bentrok sekitar pukul 06.45 WIB di daerah Dusun Pepe. "Kejadian dipicu dari gas motor yang digeber saat kedua rombongan siswa ini berpapasan. Sebab kedua pihak tersulut emosi, bentrok pun tidak terhindarkan," ujarnya.
Melihat berita diatas kembali lagi dunia pendidikan diguncang dengan perkara tawuran. Seakan-akan seperti rutinitas, hobi, bahkan kebiasaan setiap pelajar yang tiada henti-hentinya. Saya berharap itu yang terakhir dan tidak akan terjadi lagi. Sungguh sangat ironi bagi kita, coba seorang pelajar yang seharusnya mendapat pendidikan dan tahu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk, ternyata keluar dari perkiraan orang tua, guru dan lingkungan.  Timbul pertanyaan, kenapa tawuran bisa terjadi, apa yang di pelajari para siswa di sekolah. Apkah ada mata peljaran kekerasaan, mata pelajaran tawuran disekolah, oh tentunya tidak ada. Kurikulum sekolah pastinya tidak ada yang memasukan pelajaran seperti itu.

Ada lagi contoh yang masih teringat dibenak kita beberapa bulan kebelakang semua media masa, baik elektronik, dan media sosial heboh memberitakan tawuran yang terjadi di ibu kota yaitu anatar SMAN 6 dan SMAN 70 yang mengakibatkan satu orang tewas. Ada apa denga merek, apakah mental merka terganggu ataupun ada sesuatu hal yang masuk kedalam pikiran mereka yang menyebabkan mereka mempunyai keberanian  menghilangkan nyawa seseorang. Opini pun bermuculan ada yang bersepekulasi hal itu muncul dari lingkungan diman merka tinggal, ada yang menyebutkan kurangnya perhatian dari orang tua dan guru, ada juga yang menyebutkan karena alsan sang anak itu broken home yang menyebabkan mental merka terganggu. Apapun alsannya itu tidak bisa masuk akal dan di mengerti. Coba masa ea ada orang tua atau guru yang mengjarkan kekerasan pada anaknya, yang pastinya semua orang tua dan guru pasti mengajarkana kepada anaknya hal-hal yang baik dan ingin anaknya menjadi anak yang sukses, bermanfaat bagi agama dan bangsa. Itukan yg pastinya diharapkan oleh semua orang tua. Masalah brokeh home bukan menjadi alasan mental merka terganggu bayak yang anknya broken home kelakuan dan sifatnya baik bahkan menjadi orang yang dewas dalam pemikirannya.

Udahlah apapun penyebabnya bukan itu yang kita cari. Karena pasti penyeban akan muncul dengan sendirinya tiada henti-hentinya apabila penyebab itu terus dibahs tidak akan menuntaskan permasalahan. Pelajar yang tawuran adalah mereka yang mentalnya masih labil dah mudah terpengaruh baik dari temen maupun lingkunagn sekitar. Dan mereka akan merasa bangga dengan keegoisnanya apabila lingkungan dan teman-teman mendukung. Ngerasa nyaman mereka pun merasa berkuasa dan bisa bertindak sesuka hati. Selanjutnya akan diikuti oleh teman-teman yang lain yang lebih parahnya lagi  pelaku tidak segan-segan membunuh lawannya merupakan wujud dari insting agresif. Insting ini mendorong manusia menghancurkan manusia lain, berupa tingkah laku agresif yang mengandung kebencian, ditandai kepuasan yang diperoleh karena lawan menderita, luka, atau mati, dan yang memberikan kepuasan dengan melihat lawan gagal mencapai  yang diinginkan.
Upanya pencegahan sudah bayak dilakukan agar tawuran ini tidak terjadi mulai dari pihak pemerintah dan kepolisian seperti memunculkan selogan anti kekerasan antar pelajar, disekolah bimbingan dari guru bimbingan konseling,  tapi apalah hasilnya yang ada tawuran sesama pelajar terus merajalela di dunia pendidikan. Tawuran pelajar tidak terjadi satu atau dua kali di Indonesia, melainkan sudah terjadi puluhan bahkan ratusan kali. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan yang lainnya. Masa Remaja adalah masa cari perhatian, tinggal bagaimana upaya orang tua, guru dan kepala sekolah menyikapi. Pelajar cenderung menganggap tawuran sebagai cara memperoleh pengakuan dan status tinggi serta disegani dalam kelompoknya keberanian melakukan perbuatan berisiko dan nekat.
Akibat yang timbul dari tawuran adalah merugikan, fasilitas umum hancur, kegiatan belajar mengajar terhenti, dan yang sangat mengkhawatirkan adalah hilangnya rasa persaudaraan, nilai-nilai budi pekerti luhur antar sesama pelajar. padahal kekerasan sama sekali tidak ada untungnya, melainkan sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Sudah seharusnya tawuran mendapatkan pengawalan ketat dari orang tua, guru, lingkungan dan apartur pemerintah. Agar tawuran itu tidak terulang kembali. Singkirkan sifat keegoisan dan emosi yang tinggi jadi lah pelajar yang bisa membanggakan orang tua, guru, dan bangsa.


1 komentar:

 

Total Tayangan Halaman

Sample text