Tjinta Irama Remadja
Ku
coba mencari dan menieliti satu persatu koleksi piringan hitam ku yang
seingatku kuletakan di lemari ruang bacaku sore ini, tidak mengherankan jika di
ruangan yang selama ini ku juluki sebagai ruang bacaku ini terdapat banyak buku
dan piringan hitam serta Gramaphone, karena hari-hari dimasa tuaku selalu
kuhabiskan untuk membaca buku,mendengarkan lantunan musik yang keluar dari
Gramaphone serta putaran piringan hitam itu atau hanya sekedar untuk mengingat-ngingat
apa yang sudah dikerjakan dimasa laluku. Memang agak memakan waktu untuk
mencari suatu benda yang ingin ku cari disini karena disamping banyaknya buku dan koleksi majalah
lama,kliping, piringan hitam serta kaset juga karena usia ku yang sudah lebih
dari kepala tujuh yang membuatku perlu tenaga lebih untuk hanya sekedar mencari
sebuah barang di tempat ini.
Oh...itu.
ahirnya ketemu jua....
Hemmm......Setelah beberapa ku balik-balik
tumpukan piringan hitam itu maka kutemukan satu keping piringan hitam yang ber
cover gambar foto setengah badan empat anak muda dan berlebel Koes Bersaudara “Djadikan Aku Domba Mu” yang di produksi tahun 1967 Oleh
perusahaan rekaman Mesra.di sisi bagian belakang piringan hitam album itu
tertulis urutan judul lagu yang terdapat dalam album ini antara lain: ’ untuk
ajah serta ibu, lontjeng jang ketjil, rasa hatiku, djadikan aku dombamu, aku
berdjanji, bidadari, balada kamar 15, dan bilakah kamu tetap disini.
Setelah
kucoba memasang kepingan piringan hitam itu di Gramaphone, tidak berapa lama ku
dengar lantunan musik jadul ( kalau apa kata anak muda jaman sekarang), tetapi
sangat punya memori tersendiri di hidupku ini. lantunan lagu “Balada Kamar 15”
terdengar dengan suara khas yang dikeluarkan dari alat musik piringan hitam yang
tidak sama sekali terkesan jernih.
Kisah jang sedih bergema dalam
pendjara.............................................................................
Dikamar lima belas berdjanji
bersama..........................................................
Balada sedih petualang
pengembara......................................
Dalam hukuman hatinya tetap kelana
Ia berkata pada
setiap temanja.............
Tiada jang kekal
semua di dunia..........
Walaupun sekarang ia
kekal didalam pendjara...
Pada suatu hari ia akan bebas
pula............
Senjum jang tampan selaludiatas bibirnja......................
Semuanja kesukaran slalu diatasinja........................
Tiada kata menjerah di dalam kamusnja.............................
Ia mengikuti hidupnja jang perkasa...............................
Lantunan syair lagu“Balada Kamar 15” yang dinyanyikan oleh yon dan yok
dari Koes Bersaudara inilah yang membuat sore ini memoriku kembali ke lima
puluh tahun yang lalu dimana idealismeku masih sekeras batu karang dan fisiku
masih sekuat Gatotkaca ingatanku mulai kembali kemassa itu.
Dulu bapak selalu menasehatiku untuk tetap fokus kepada
kuliah dan dapat membanggakanya dihadapan teman-temanya dan keluarga besar
kami. Maklum saja bapak saat itu menjadi Letkol udara di TNI-AU selalu ingin
yang terbaik untuk anaka-anaknya. hemmmm..sudah sedikit yang ku ingat dari masa
itu karena sudah terjadi beberapa dasawarsa
yang lalu, tapi yang jelas bapak juga aktif di kegiataan angkatan udara
terutama yang berkaitan dengan usahanya guna menegakan jargon yang sangat terkenal dimasa itu di
dalam angkatan bersenjata terutama angkatan udara yaitu adalah “persenjatai Buruh dan Tani sebagai SOKO GURU
REVOLISI “ yang tentu saja bapak menjadi salah satu simpatisan dari salah
satu partai pemenang pemilu masa itu (PKI). Hal ini Yang nantinya akan membuat
cerita tersendiri di masa remajaku karena perbedaan cara pandang dan memilih
jalan dalam kehidupan ini.bapak dengan sikapnya, sedangkan aku dengan
ke’idealisme’an ku.
Tetapi
belum berhenti disitu ceritaku yang terkait dengan piringan hitam Koes
Bersaudara album “Djadikan Aku Domba Mu” ini, lagu
“Balada Kamar 15” mengingatkanku pada
masa ketika ditahun 1962-1965 dimana bung karno dengan getol,nya menyerukan
GANYANG MALAYSIA dengan anti terhadap seluruh hal-hal yang berbau
barat, termasuk massa itu tokoh faforitku para personil Koes Bersaudara jua sempat terkapar di dalam
penjara karena dianggap subversi pada pemerintah orde lama. lagu- lagu yang
selama ini selalu kami cari dan ingin dengarkan menjadi sebuah barang yang
haram untuk di dapatkan apalagi di dengarkan.
Siang
itu dipertengahan tahun 1965 ku dengarkan radio milik bapak yang sedang
terdengar lagu Bir
Temulawak, dari penyanyi solo Kris Biantoro yang kala itu kata orang mejadi
hits terutama setelah pemerintah membatasi lagu-lagu yang dianggap
ngak-ngik-ngok kata bung karno. Meskipun aku berasal dari keluarga keturunan
jawa yang tentunya aku tahu tentang lagu dari penyanyi kris ini tetapi ku
kurang tertarik pada lagu-lagu daerah semacam ini, setelah selesai lagu ini,
tidak lama terdengar lagu daerah lain kali ini dari penyanyi wanita yang kala
itu sangat tenar Lilis Suryani, yang terdengar lagu daerah pula, tepatnya jawa
barat.
Hemmmmmm.............dasar
RRI CORONG PEMERINTAH!!!...........kataku dengan nada agak keras.. lalu
tiba-tiba datang bapak dengan wajah agak marah berkata kepadaku, Maksudmu
apa?... kamu mau jadi
Crossboy?...........
DEDI SETYAWAN (10144300027)
0 komentar:
Posting Komentar